Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Deferensiasi Sosial

Di samping ada pengelompokan kelas-kelas sosial yang bertingkat-tingkat, ternyata di masyarakat juga ada pengelompokkan lain yang tidak menyebabkan adanya tingkatan.

Anda tentu sering mendengar sebutan masyarakat Jawa atau masyarakat Batak, umat Islam atau umat Kristen, kaum pria atau kaum wanita, turis asing atau turis lokal.

Semua sebutan ini jelas mengelompokkan orang dalam kesatuan yang berbeda, namun tidak menunjukkan adanya tingkatan. Tidak ada seorang pun yang menganggap bahwa orang Jawa berkedudukan lebih tinggi daripada orang Batak.

Tidak ada pula orang yang menganggap bahwa kaum pria kedudukannya lebih tinggi daripada kaum wanita. Hal itu menunjukkan bahwa kelompok-kelompok sosial dianggap berkedudukan sama, tidak bertingkat. Penggolongan seperti ini disebut deferensiasi sosial.

Setiap kelompok yang tercakup dalam deferensiasi disebut kelompok sosial. Banyak sekali kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat. Semua itu juga membentuk kesatuan struktur masyarakat.

Proses deferensiasi sosial menghasilkan adanya kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Deferensiasi (ketidaksamaan) sosial berupa perbedaan prestise atau pengaruh seseorang terhadap seseorang yang lain. Oleh karena itu, deferensiasi bersifat individual.

Deferensiasi sosial dapat terjadi dalam masyarakat yang bersifat homogen. Masyarakat homogen adalah satu kelompok sosial yang sama, misalnya kelompok orang Minang. Setiap individu dalam kelompok orang Minang memiliki perbedaan dalam hal-hal tertentu.

Deferensiasi membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat menurut ciri-ciri biologis antarmanusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan profesi.

Oleh karena itu, deferensiasi sosial membedakan orang Minang berjenis kelamin pria dengan orang Minang yang berjenis kelamin wanita, orang Dayak yang berprofesi sebagai karyawan dengan orang Dayak yang berprofesi sebagai pengusaha, dan seterusnya.

Deferensiasi Sosial Berdasarkan Ras, Etnik, Agama, dan Gender

Pada dasarnya setiap masyarakat bersifat pluralistik karena di dalamnya selalu terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh beberapa kenyataan. Kenyataan-kenyataan itu adalah perbedaan dalam hal agama yang dianut, ciri fisik, kebudayaan (etnik), profesi, dan perbedaan jenis kelamin.

Secara etnik, perbedaan semakin beragam karena terpisah-pisah menurut perbedaan bahasa, adat-istiadat, sejarah, nilai dan norma, dan wilayah masing-masing etnis. Setiap orang yang memiliki kesamaan dalam hal unsur-unsur di atas cenderung mengelompok menjadi satu. Akibatnya, terbentuklah kelompok-kelompok sosial yang berbeda latar belakangnya.