Pengertian Stratifikasi Sosial
Pengertian Stratifikasi Sosial
Di dalam masyarakat, ada orang-orang tertentu yang menduduki kelas sosial lebih tinggi, sedang yang lainnya berada di kelas sosial lebih rendah. Perbedaan kedudukan diukur menurut penilaian warga masyarakat yang bersangkutan.
Secara umum, kedudukan setiap warga masyarakat dapat dibagi dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu:
1. Kelas atas
2. Kelas menengah
3. Kelas bawah.
Pembagian ini tidak bersifat mutlak, namun bervariasi menurut kondisi masyarakat yang bersangkutan. Semakin kompleks suatu masyarakat maka semakin kompleks bentuk kelas sosial yang ada.
Stratifikasi sosial adalah suatu pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hirarkis. Perbedaan-perbedaan itu sering mengkotak-kotakkan kelas-kelas sosial pada kutub-kutub yang saling berseberangan. (Pitirim A. Sorokin).
Perbedaan kekuasaan, kekayaan dan penghasilan, atau prestise mengakibatkan munculnya tingkatan-tingkatan atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Satu kelompok memiliki kekuasaan, sementara kelompok lain justru dikuasainya. Satu kelompok memiliki banyak kekayaan, sementara kelompok lain miskin harta.
Satu kelompok memiliki status kebangsawanan (darah biru), sementara yang lain hanya rakyat biasa. Karena perbedaan-perbedaan itu bersifat bertingkat-tingkat, maka disebut kelas sosial.
Tidak ada masyarakat tanpa kelas, bahkan di negara-negara komunis yang menganut ajaran Karl Marx sekalipun. Anda tahu, bahwa salah satu cita-cita ajaran komunis adalah menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Namun kenyataannya, di negara-negara komunis tetap ada kelas-kelas sosial. Dimanapun pemerintahan komunis itu dianut, tetap saja ada perbedaan dalam hal kekayaan, kekuasaan, prestise, keturunan, agama, dan pekerjaan antarwarga masyarakat.
Misalnya, perbedaan antara kelas penguasa dan rakyat biasa. Para pejabat pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengatur negara sehingga mereka merupakan kelas yang lebih berkuasa, sedangkan rakyat biasa tidak memiliki kekuasaan sehingga merupakan kelas sosial yang dikuasai.
Para pengatur negara juga memiliki banyak kekayaan dibandingkan dengan rakyatnya. Itu membuktikan adanya kelas sosial di masyarakat komunis.
Di dalam masyarakat, senantiasa ada perbedaan antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang berkedudukan lebih tinggi dan ada pula yang berkedudukan lebih rendah.
Setiap kelas sosial memiliki hak, kewajiban, tanggung jawab, pengaruh, dan nilai-nilai tertentu yang berbeda dengan kelas sosial lainnya. Keadaan seperti itu membuktikan bahwa di dalam masyarakat terdapat stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial bermula sejak terbentuknya masyarakat. Dalam masyarakat yang masih sederhana, pelapisan sosial juga masih sederhana. Semakin kompleks perkembangan masyarakat, maka sistem pelapisan sosialnya pun semakin rumit.
Kelas sosial adalah suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam suatu kesatuan status sosial. Orang-orang itu menganggap diri mereka sederajad. Akan tetapi, mereka memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap, keyakinan, dan norma perilaku yang tidak sama dengan kelas sosial lainnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelas sosial memiliki suatu kebudayaan khusus atau subkultur. Subkultur mengandung arti suatu bagian dari sebuah kebudayaan masyarakat yang lebih besar.
Stratifikasi sosial muncul dalam dua cara, yaitu alamiah dan disengaja. Alasan utama terbentuknya lapisan masyarakat secara alamiah adalah kepandaian, senioritas, pemimpin masyarakat adat, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Pada masyarakat yang hidup dari berburu, kepandaian berburu menjadi alasan utama seseorang untuk ditempatkan pada stratifikasi sosial yang tinggi.
Begitu juga pada masyarakat yang bercocok tanam. Alasan utama stratifikasi sosial yang disengaja adalah berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal, seperti pemerintah, perusahaan, parpol, dan lain-lain.
Setiap masyarakat memiliki sistem stratifikasi sendiri-sendiri. Dasar pembagian kelas sosial pun beragam sehingga memengaruhi banyaknya kelas sosial yang terbentuk. Hal tersebut membuat kelas-kelas sosial di setiap masyarakat berbeda-beda.
Ada yang secara sederhana terbagi menjadi dua kelas, misalnya kelas bangsawan dan kelas rakyat jelata.
Namun, ada juga yang dibagi menjadi lebih dari dua kelas. Misalnya masyarakat terbagi menjadi tiga kelas sosial, yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.
Perbedaan kedudukan sosial setiap kelas memengaruhi cara kita berinteraksi.
Dalam hal status pekerjaan,
Anda menganggap guru-guru memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada karyawan sekolah.
Di antara para karyawan sekolah, juga ada anggapan bahwa terdapat perbedaan kedudukan antara petugas tata usaha dengan pesuruh atau petugas kebersihan.
Cara Anda bersikap kepada guru dan kepada pesuruh kenyataannya juga berbeda. Kelas-kelas sosial itulah yang membuat sebuah masyarakat menjadi bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis.
Di dalam masyarakat, ada orang-orang tertentu yang menduduki kelas sosial lebih tinggi, sedang yang lainnya berada di kelas sosial lebih rendah. Perbedaan kedudukan diukur menurut penilaian warga masyarakat yang bersangkutan.
Secara umum, kedudukan setiap warga masyarakat dapat dibagi dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu:
1. Kelas atas
2. Kelas menengah
3. Kelas bawah.
Pembagian ini tidak bersifat mutlak, namun bervariasi menurut kondisi masyarakat yang bersangkutan. Semakin kompleks suatu masyarakat maka semakin kompleks bentuk kelas sosial yang ada.
Stratifikasi sosial adalah suatu pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hirarkis. Perbedaan-perbedaan itu sering mengkotak-kotakkan kelas-kelas sosial pada kutub-kutub yang saling berseberangan. (Pitirim A. Sorokin).
Perbedaan kekuasaan, kekayaan dan penghasilan, atau prestise mengakibatkan munculnya tingkatan-tingkatan atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Satu kelompok memiliki kekuasaan, sementara kelompok lain justru dikuasainya. Satu kelompok memiliki banyak kekayaan, sementara kelompok lain miskin harta.
Satu kelompok memiliki status kebangsawanan (darah biru), sementara yang lain hanya rakyat biasa. Karena perbedaan-perbedaan itu bersifat bertingkat-tingkat, maka disebut kelas sosial.
Tidak ada masyarakat tanpa kelas, bahkan di negara-negara komunis yang menganut ajaran Karl Marx sekalipun. Anda tahu, bahwa salah satu cita-cita ajaran komunis adalah menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Namun kenyataannya, di negara-negara komunis tetap ada kelas-kelas sosial. Dimanapun pemerintahan komunis itu dianut, tetap saja ada perbedaan dalam hal kekayaan, kekuasaan, prestise, keturunan, agama, dan pekerjaan antarwarga masyarakat.
Misalnya, perbedaan antara kelas penguasa dan rakyat biasa. Para pejabat pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengatur negara sehingga mereka merupakan kelas yang lebih berkuasa, sedangkan rakyat biasa tidak memiliki kekuasaan sehingga merupakan kelas sosial yang dikuasai.
Para pengatur negara juga memiliki banyak kekayaan dibandingkan dengan rakyatnya. Itu membuktikan adanya kelas sosial di masyarakat komunis.
Di dalam masyarakat, senantiasa ada perbedaan antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang berkedudukan lebih tinggi dan ada pula yang berkedudukan lebih rendah.
Setiap kelas sosial memiliki hak, kewajiban, tanggung jawab, pengaruh, dan nilai-nilai tertentu yang berbeda dengan kelas sosial lainnya. Keadaan seperti itu membuktikan bahwa di dalam masyarakat terdapat stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial bermula sejak terbentuknya masyarakat. Dalam masyarakat yang masih sederhana, pelapisan sosial juga masih sederhana. Semakin kompleks perkembangan masyarakat, maka sistem pelapisan sosialnya pun semakin rumit.
Kelas sosial adalah suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam suatu kesatuan status sosial. Orang-orang itu menganggap diri mereka sederajad. Akan tetapi, mereka memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap, keyakinan, dan norma perilaku yang tidak sama dengan kelas sosial lainnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelas sosial memiliki suatu kebudayaan khusus atau subkultur. Subkultur mengandung arti suatu bagian dari sebuah kebudayaan masyarakat yang lebih besar.
Stratifikasi sosial muncul dalam dua cara, yaitu alamiah dan disengaja. Alasan utama terbentuknya lapisan masyarakat secara alamiah adalah kepandaian, senioritas, pemimpin masyarakat adat, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Pada masyarakat yang hidup dari berburu, kepandaian berburu menjadi alasan utama seseorang untuk ditempatkan pada stratifikasi sosial yang tinggi.
Begitu juga pada masyarakat yang bercocok tanam. Alasan utama stratifikasi sosial yang disengaja adalah berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal, seperti pemerintah, perusahaan, parpol, dan lain-lain.
Setiap masyarakat memiliki sistem stratifikasi sendiri-sendiri. Dasar pembagian kelas sosial pun beragam sehingga memengaruhi banyaknya kelas sosial yang terbentuk. Hal tersebut membuat kelas-kelas sosial di setiap masyarakat berbeda-beda.
Ada yang secara sederhana terbagi menjadi dua kelas, misalnya kelas bangsawan dan kelas rakyat jelata.
Namun, ada juga yang dibagi menjadi lebih dari dua kelas. Misalnya masyarakat terbagi menjadi tiga kelas sosial, yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.
Perbedaan kedudukan sosial setiap kelas memengaruhi cara kita berinteraksi.
Dalam hal status pekerjaan,
Anda menganggap guru-guru memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada karyawan sekolah.
Di antara para karyawan sekolah, juga ada anggapan bahwa terdapat perbedaan kedudukan antara petugas tata usaha dengan pesuruh atau petugas kebersihan.
Cara Anda bersikap kepada guru dan kepada pesuruh kenyataannya juga berbeda. Kelas-kelas sosial itulah yang membuat sebuah masyarakat menjadi bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis.