Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian dan Kegunaan Pendapatan Per Kapita

Pendapatan Per Kapita

1. Pengertian dan Kegunaan Pendapatan Per Kapita

Pendapatan nasional merupakan gambaran kemampuan suatu negara dalam sumber daya yang masih potensial untuk direalisir menjadi produk nasional. Indonesia yang mempunyai banyak sumber daya belum dapat sepenuhnya mengolah sumber daya itu menjadi produk.

Semakin tinggi kemampuan suatu negara dalam mengolah potensi ekonominya, maka akan bertambah tinggi pula tingkat pendapatan nasional yang dapat diperoleh negara yang bersangkutan.

Pendapatan nasional tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya kriteria untuk melihat kemajuan suatu negara di bidang perekonomian. Pendapatan nasional pada satu tahun tertentu hanya menggambarkan keadaan statis pada waktu itu. Untuk melihat kemajuan ekonomi suatu negara perlu ada dua unsur, yaitu sebagai berikut.

a. Pertambahan pendapatan nasional dari tahun ke tahun yang akan menggambarkan pertumbuhan ekonomi.
b. Pendapatan per kapita yang akan menggambarkan pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara.

Jadi, kemajuan ekonomi selain diukur dengan pertambahan pendapatan nasional juga diukur dengan pertambahan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk per kapita (tiap orang) dalam suatu negara.

Pendapatan per kapita diperoleh dengan membagi pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian diperoleh pendapatan tiap jiwa secara rata-rata dalam negara itu.

Meskipun dapat digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu negara, pendapatan per kapita tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara. Untuk melihat tingkat kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari:
a. Pembagian (distribusi) pendapatan nasional. Apabila pendapatan nasional hanya menumpuk pada segelintir orang saja, maka negara itu tidak dapat dikatakan makmur walaupun pendapatan nasionalnya tinggi dan pendapatan per kapitanya tinggi.
b. Persentase penduduk negara itu yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
c. Kemudahan memperoleh bahan-bahan kebutuhan hidup yang utama, seperti sandang, pangan, dan papan.
d. Kemudahan memperoleh lapangan kerja dengan balas jasa yang setimpal.

2. Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk, dan Pendapatan Per Kapita

Dalam rangka mencapai kemakmuran suatu negara, usaha peningkatan pendapatan nasional merupakan suatu keharusan. Usaha peningkatan pendapatan nasional harus disertai dengan pengendalian pertumbuhan penduduk.

Apabila pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali, peningkatan pendapatan per kapita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, bahkan bisa terjadi pendapatan per kapita akan menurun. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan agar tingkat pertumbuhannya tidak melebihi pendapatan nasional.

Bagi Indonesia yang tingkat pertumbuhan penduduknya relatif tinggi, usaha pengendalian penduduk dilakukan dengan melaksanakan program keluarga berencana sebagai suatu kebijakan pemerintah. Di samping itu perlu pula diperhatikan nilai riil pendapatan.

Mungkin saja nilai nominal pendapatan mengalami kenaikan, tetapi nilai riilnya menurun sebagai akibat kenaikan harga. Bagi negara-negara yang mengalami inflasi berat, pendapatan per kapita riil sulit ditingkatkan.

3. Perbandingan Laju PDB lndonesia dengan Laju PDB Luar Negeri

Untuk melihat tingkat kemajuan ekonomi Indonesia dalam dunia internasional, kita perlu membandingkan laju Produk Domestik Bruto Indonesia dengan beberapa negara di dunia baik dengan sesama negara berkembang maupun dengan negara-negara maju.

4. Pendapatan Per Kapita dan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi yang baik ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Jika pada tahun 1984 pendapatan per kapita Indonesia baru berkisar US$450 per tahun, kini sudah mencapai bilangan yang berkisar US$740. Dengan pendapatan per kapita sebesar itu, menurut klasifikasi Bank Dunia, Indonesia masih tergolong sebagai negara berpendapatan menengah ke bawah. Bank dunia (World Bank) mengelompokkan negara-negara di dunia berdasarkan pendapatan per kapitanya menjadi empat lapisan, yaitu kelompok negara berpendapatan rendah, kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah, kelompok negara berpendapatan menengah atas, dan kelompok negara berpendapatan tinggi.

Di dalam lingkup Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993, pendapatan per kapita Indonesia termasuk yang terendah setelah India dan Cina. Bahkan masih lebih rendah daripada Filipina, yang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, selama periode 1980-1993 mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita negatif.

Perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik bila dibandingkan dengan India. Bukan saja karena pendapatan per kapita yang lebih tinggi, namun juga karena pertumbuhannya lebih cepat. Akan tetapi terhadap Cina, keadaan sebaliknya bisa terjadi.

Meskipun produk nasional bruto per kapita Cina lebih rendah, pertumbuhan mereka akhir-akhir ini jauh lebih cepat. Sebagai perbandingan, selama periode 1980-1993 pendapatan per kapita Indonesia tumbuh 4,2 persen rata-rata per tahun, sementara pendapatan per kapita Cina melaju dengan 8,2 persen rata-rata per tahun untuk kurun waktu yang sama.

Pendapatan per kapita bukan merupakan satu-satunya tolok ukur untuk menilai tingkat kemakmuran suatu bangsa atau kesejahteraan rakyat sebuah negara. Pendapatan per kapita adalah sebuah konsep rata-rata dan belum memperhatikan distribusi pendapatan di kalangan penduduk. Sedangkan penilaian kesejahteraan penduduk di sebuah negara harus pula memperhatikan distribusi itu di kalangan penduduk.

Tolok ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara juga dapat dilihat dari angka harapan hidup (life expectacy); rasio-dokter-penduduk (doctor-population-ratio); indeks mutu kehidupan secara fisik (physical quality life of index); dan masih banyak lagi.

Marilah kita simak sepintas berbagai tolok ukur lain tersebut untuk Indonesia serta perbandingannya dengan beberapa negara lain.

Umur rata-rata orang Indonesia, berdasarkan data tahun 1993, adalah 63 tahun. Angka ini, kendati lebih panjang daripada rakyat India yang hanya 61 tahun, masih termasuk yang terendah dalam lingkup ASEAN. Angka sejenis untuk Filipina; Thailand; Singapura; dan Brunei Darussalam masing-masing adalah 67,69,75 dan 74 tahun.

Hal yang sama berlaku untuk angka kematian bayi dan jumlah dokter per 1000 penduduk (rasio dokter-penduduk). Begitu pula untuk persentase penduduk dewasa yang buta aksara. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat melalui alokasi pengeluaran konsumsinya. Semakin sejahtera penduduk suatu negara akan semakin kecil pengeluaran konsumsinya untuk pembelian bahan pangan.