Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

3 Batuan Pembentuk Litosfer

3 Batuan Pembentuk Litosfer - Kerak Bumi dibentuk oleh berbagai jenis batuan dengan kandungan mineral yang berbeda-beda. Pada dasarnya, hampir semua jenis batuan yang membentuk litosfer berasal dari pembekuan magma gunungapi dikenal dengan batuan beku. Namun karena adanya proses-proses alamiah yang lebih lanjut berupa pengendapan dan perubahan wujud, terbentuklah berbagai jenis batuan baru yang tergolong ke dalam kelompok batuan sedimen dan batuan metamorfosis.

http://www.salampendidikan.com/2017/10/3-batuan-pembentuk-litosfer.html


 a. Batuan Beku

Batuan Beku (Igneous rock) merupakan jenis batuan yang terbentuk dari pembekuan magma gunungapi. Proses pembekuan magma ini dapat terjadi di dalam litosfer (dalam tubuh gunungapi) atau di permukaan Bumi setelah terjadi letusan gunungapi. Batuan beku ini sangat banyak jenisnya. Untuk memudahkan dalam penelaahan sifat-sifat fisik dan kimiawinya, para ahli ilmu kebumian mencoba mengelompokkan atau mengklasifikasikan batuan beku berdasarkan dasar-dasar tertentu.

Berdasarkan genesa atau lokasi terjadinya, batuan beku dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu sebagai berikut.

1) Batuan Intrusiva, yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam litosfer atau di dalam kantung-kantung magma. Beberapa contoh batuan intrusi antara lain Granit, Sienit, Diorit, dan Gabro.
Dilihat dari bentuk dan strukturnya, batuan intrusiva antara lain sebagai berikut.

a) Bentuk Diskordan yaitu intrusiva yang strukturnya memotong lapisan-lapisan batuan di sekitarnya.

Bentuk diskordan meliputi antara lain sebagai berikut.

(1) Batolith yaitu dapur magma yang telah membeku.
(2) Gang atau Korok yaitu intrusiva yang berbentuk tipis dan panjang, dengan arah vertikal atau miring.
(3) Apofisa yaitu cabang-cabang dari gang.
(4) Diatrema yaitu intrusiva yang mengisi cerobong gunung- api atau pipa letusan, mulai dari dapur magma sampai batas kawah.

 b) Bentuk Konkordan, yaitu batuan intrusi yang strukturnya searah atau sejajar dengan lapisan-lapisan batuan di sekitarnya, meliputi antara lain sebagai berikut.
(1) Sill yaitu intrusiva yang berbentuk tipis dan pipih, terletak di antara lapisan batuan di sekitarnya.
(2) Lakolit yaitu intrusiva yang berbentuk lensa cembung, terletak di antara lapisan-lapisan atau celah batuan di sekitarnya.

2) Batuan Ekstrusiva yaitu batuan yang terbentuk dari pembekuan lava di permukaan Bumi setelah terjadinya letusan gunungapi. Contoh ekstrusiva antara lain Riolit, Traktit, Andesit, Dasit, dan Basal.
Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kandungan silikat atau kuarsa dalam magmanya, yaitu sebagai berikut.

1) Batuan Beku Asam (Granitis) yaitu batuan beku yang berasal dari magma yang bersifat asam karena banyak mengandung mineral kuarsa (SiO2), sedangkan kandungan Oksida Magnesiumnya (MgO) rendah.

2) Batuan Beku Intermediet (Andesitis) yaitu bakuan beku yang berasal dari magma pertengahan dengan perbandingan mineral kuarsa (SiO2) dan Oksida Magnesium (MgO) relatif seimbang.

3) Batuan Beku Basa (Basaltis) yaitu bakuan beku yang berasal dari magma yang bersifat basa karena banyak mengandung mineral Oksida Magnesium (MgO), sedangkan kandungan kuarsanya (SiO2) rendah.


b. Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk akibat proses pengendapan. Proses pembentukan batuan sedimen berawal dari adanya pemecahan (detachment) batuan induk menjadi bagian-bagian yang ukurannya lebih kecil.

Pecahan batuan tersebut kemudian diangkut atau dipindahkan ke tempat lain oleh zat pengangkut, baik tenaga air yang mengalir, angin, maupun gletser sampai pada akhirnya diendapkan di suatu tempat.

Beberapa contoh jenis batuan sedimen antara lain breksi, konglomerat, batu gamping (kapur), batu pasir, lanau, batu bara, dan rijang.

Secara umum, batuan sedimen dapat dikelompokkan berdasarkan atas cara pengendapan, tenaga yang mengendapkannya, dan tempat pengendapannya.

1) Berdasarkan Cara Pengendapan

Berdasarkan cara pengendapannya, batuan sedimen dibagi atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Hancur mengendap. Jenis endapannya disebut endapan klastik atau endapan mekanis. Berdasarkan ukuran butirannya, sedimen klastik terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
(1) Tekstur (butiran) kasar, biasanya diendapkan di lingkungan darat, sungai, atau danau. Contoh jenis ini antara lain breksi, konglomerat, dan batu pasir.
(2) Tekstur (butiran) halus, biasanya diendapkan di lingkungan laut. Contohnya antara lain batu lempeng, lanau, serpih, dan napal.

b) Larut mengendap. Prosesnya terdiri atas proses langsung dan tidak langsung.

(1) Proses langsung.
Akibat adanya campuran pengaruh unsur lain, batuan akan melarut dan mengendap dengan cepat membentuk batuan lain.
Salah satu bentuknya akan membentuk batuan sedimen evaporit. Batuan sedimen ini terjadi akibat adanya penguapan dari larutan yang mengandung bahan baku dari batuan tersebut.

Syarat terbentuknya batuan evaporit adalah sebagai berikut.

(a) Adanya wilayah perairan yang mengandung larutan kimia cukup pekat seperti larutan garam.
(b) Wilayah perairan tersebut merupakan kawasan yang tertutup seperti danau atau laut yang tidak berlepasan (laut di pedalaman benua). Akibat proses penguapan akan terjadi proses penambahan unsur-unsur yang terkandung dalam larutan tersebut.
(c) Tingkat penguapan sangat tinggi, sehingga terbentuk endapan dalam jumlah yang banyak untuk membentuk batuan sedimen evaporit. Contoh batuan sedimen evaporit antara lain gips, anhidrit, dan batu garam.

(2) Proses tidak langsung.
Pembentukan batuan baru yang dibentuk dalam waktu yang relatif lama dan mendapat pengaruh dari bahan-bahan organik. Contohnya, sedimen batubara. Batubara adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk atas unsur-unsur organik berupa sisa-sisa tumbuhan terutama sejenis pakis. Pada saat tumbuhan mati, dengan cepat tetumbuhan tidak sampai lapuk. Akibat suhu dan tekanan tinggi dalam waktu yang sangat lama, sisa tumbuhan berubah menjadi endapan batubara.


2) Berdasarkan Tenaga Pengendapan

Berdasarkan tenaga pengendapannya, batuan sedimen dibagi ke dalam empat jenis, yaitu sebagai berikut.

 a) Endapan aeolis atau aeris. Proses pengendapan material-material batuan yang dihasilkan dengan bantuan tenaga angin, contohnya barchan.

b) Endapan aquatis. Proses pengendapan material-material batuan yang dihasilkan dengan bantuan tenaga air, contohnya delta.

c) Endapan glasial. Proses pengendapan material-material batuan yang dihasilkan dengan bantuan tenaga es. Proses ini hanya terjadi pada wilayah pegunungan tinggi. Contoh yang paling jelas adalah gletser. Gletser bergerak sangat lambat karena dipengaruhi oleh gaya beratnya sehingga menimbulkan kekuatan maha besar untuk menggerus sebuah bentang lahan.

Hasil penggerusan gletser dapat terlihat dari alur gerakannya, antara lain jalur yang dilaluinya sangat lebar, membentuk huruf V, dan membentuk lubang yang sangat dalam disebut cirques, serta mengiris seluruh lahan yang dilaluinya.

Gletser juga membawa reruntuhan batuan dalam jumlah besar yang dipecahakan oleh es dari pegunungan dan mengendapkan material tersebut menjadi bentuk-bentuk besar disebut morains.

d) Endapan marine. Proses pengendapan batuan yang dihasilkan dengan bantuan gelombang air laut. Air laut yang sampai ke daratan atau pantai membawa berbagai material hasil pengikisan dalam terjadinya gelombang. Material ini kemudian diendapkan di daratan dan membentuk sebuah bentang lahan baru, misalnya gosong pasir.


3) Berdasarkan Tempat Pengendapan

Berdasarkan tempat pengendapannya, batuan sedimen dibagi ke dalam lima jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Sedimen terisentris. Jenis batuan sedimen yang diendapkan di daratan yang dipengaruhi oleh tenaga air, es, dan angin. Hasil dari proses ini akan menghasilkan sebuah bentukan lahan baru.

b) Sedimen marine. Jenis batuan sedimen yang diendapkan di laut, pada umumnya banyak mengandung mineral karbonat (kapur). Batuan ini terbentuk dari sisa-sisa cangkang hewan laut, seperti moluska, alga, dan foraminifera. Batuan karbonat terbentuk di lingkungan laut dangkal. Contoh sedimen karbonat antara lain batu gamping, dolomit, dan kalkarenit.

c) Sedimen limnis. Batuan sedimen yang diendapkan di danau atau rawa yang banyak mengandung unsur-unsur organik.

d) Sedimen fluvial. Batuan sedimen yang diendapkan di sekitar wilayah sungai dan merupakan akumulasi dari berbagai pengerjaan air sungai. Sedimen fluvial banyak ditemukan di wilayah hilir atau muara sungai, di mana aliran air sudah melambat, contohnya delta.

e) Sedimen glasial. Batuan sedimen yang diendapkan di ujung pengerjaan sebuah massa es. Contohnya iceberg. Iceberg merupakan bongkahan es yang besar di ujung sebuah gletser dan mengapung di laut.  Es yang pecah tersebut disebut pemahatan. Fenomena ini sering terjadi ketika ombak atau gelombang menggerakkan lapisan es naik atau turun, khususnya pada musim panas, ketika bongkahan es melemah.


c. Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan yang mengalami perubahan bentuk oleh faktor tekanan, suhu, dan waktu. Batuan metamorf ini dapat berasal dari batuan beku ataupun berasal dari batuan sedimen. Batuan metamorf yang berasal dari batuan beku misalnya dari granit menjadi gneis, sedangkan yang berasal dari batuan sedimen misalnya batu kapur menjadi batu marmer.

Berdasarkan faktor pembentuknya, batuan metamorf dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Batuan Metamorf Kontak

Proses pembentukan batuan metamorf kontak terjadinya berurutan disebabkan oleh suhu yang tinggi akibat berdekatan dengan magma atau intrusi magma sehingga memanasi batuan di sekitranya.

Oleh karena itu, terjadi pada wilayah yang tidak begitu luas. Contoh batuan metamorf kontak antara lain adalah batu marmer di Tulung Agung, Jawa Timur, dan batubara di Bukit Asam, Sumatra.

2) Batuan Metamorf Dinamo (metamorfosis regional)

Batuan metamorf dinamo merupakan batuan malihan yang terbentuk karena faktor tekanan dan waktu yang lama. Contoh batuan ini adalah batuan sabak. Batu sabak terbentuk dari sedimen tanah liat yang luas dan tertimbun batuan di atasnya dalam waktu lama.

Akibat tekanan dalam waktu yang lama dari timbunan tersebut, sedikit-demi sedikit berubah menjadi batuan yang berlapis-lapis sebagai batu sabak. Batuan metamorf dinamo disebut juga batuan metamorf kinetis.

3) Batuan Metamorf Kontak Pneumatalitis

Dalam perubahan batuan metamorf kontak dan metamorf dinamo kadang-kadang terjadi penambahan bahan-bahan lain. Bahan tersebut dapat berupa gas, cairan, atau bahan padat. Bahan-bahan ini lalu mempengaruhi proses dan hasil perubahan batuan tersebut.

Batuan sedimen ini disebut batuan metamorf kontak pneumatalitis. Contohnya kwarsa yang mengandung fluorium akan menjadi topaz, batu permata berwarna kuning.