.link-list { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 16px; border: 1px solid #ccc; border-radius: 5px; background-color: #fff; padding: 10px; margin: 20px; } .link-list ul { list-style: none; margin: 0; padding: 0; } .link-list li { margin-bottom: 10px; } .link-list a { text-decoration: none; color: #148199; transition: all 0.3s ease; } .link-list a:hover { color: #c0392b; }
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tenaga Endogen dan Eksogen Pembentuk Litosfer Bagian 1 Tektonisme

Permukaan Bumi bukanlah merupakan suatu hamparan yang datar, melainkan memperlihatkan adanya bentukan-bentukan yang sangat bervariasi. 

Tenaga Endogen dan Eksogen

Di wilayah daratan dapat ditemukan bagian-bagian yang tinggi, seperti perbukitan, dataran tinggi, dan gunung, serta bagian yang rendah, misalnya lembah dan ngarai.

Demikian pula bentuk muka Bumi di wilayah laut terdapat bentukan-bentukan alam berupa paparan, tebing dasar laut (continental slope), palung, dan lubuk laut. Tinggi rendah muka Bumi ini dinamakan relief.

Bentukan-bentukan muka Bumi seperti dijelaskan sebelumnya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi akibat adanya dinamika litosfer yang mengubah raut muka Bumi.

Secara umum, tenaga pembentuk litosfer dibedakan atas proses endogen dan eksogen. Proses endogen merupakan tenaga-tenaga yang bekerja di dalam litosfer, dapat berupa tektonisme, vulkanisme, dan gempa.

Tenaga Endogen

Proses endogen merupakan dinamika di dalam litosfer sebagai akibat proses fisika dan kimia, berupa tekanan terhadap lapisan- lapisan batuan pembentuk litosfer atau aktivitas magma. Tenaga endogen berupa tekanan yang arahnya vertikal dapat mengakibatkan tonjolan di permukaan Bumi seperti kubah, sedangkan yang arahnya mendatar mengakibatkan lipatan-lipatan muka Bumi (jalur pegunungan lipatan), retakan bahkan pematahan lapisan-lapisan litosfer sehingga terbentuk sesar.

Secara umum, proses endogen dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tektonisme, vulkanisme, dan gempa. Sebenarnya ketiga tenaga tersebut merupakan rangkaian proses alamiah yang saling berhubungan satu sama lain, yang dapat dijelaskan oleh salah satu teori dinamika Bumi yang dikenal dengan Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic Theory).



1. Tektonisme


Tektonisme adalah tenaga yang bekerja di dalam litosfer berupa tekanan dengan arah vertikal maupun mendatar yang mengakibatkan perubahan letak (dislokasi) lapisan-lapisan batuan. Dilihat dari bentukan-bentukan yang tampak di muka Bumi, tenaga tektonik dibedakan atas morfologi lipatan (folded) dan patahan (fault).


a) Morfologi Lipatan

Bentuk muka Bumi lipatan terjadi sebagai akibat dari adanya tenaga endogen berupa tekanan yang arahnya mendatar dari dua arah yang berhadapan dalam waktu yang relatif lama, sehingga lapisan-lapisan batuan dalam litosfer mengalami pelipatan, membentuk puncak dan lembah lipatan.

Dalam ilmu kebumian, puncak sebuah lipatan dinamakan antiklin, sedangkan lembah lipatan disebut sinklin. Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, jenis lipatan dibedakan atas lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan monoklin, lipatan rebah, yang berubah menjadi sesar sungkup, dan lipatan isoklin.

Teori tektonik lempeng merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari teori pembentukan Bumi sebelumnya, yaitu Teori Pergerakan Benua (Continental Drift Theory) yang dikembangkan oleh Alfred Wegener.

Menurut teori tektonik lempeng, kulit Bumi atau litosfer dibentuk oleh lempengan-lempengan batuan yang kaku (solid) dengan bentuk tidak beraturan, dinamakan lempeng tektonik. Ukuran setiap lempeng litosfer ini berbeda-beda.

Semua permukaan Bumi bergerak baik benua maupun lantai samudra. Permukaan luar Bumi tersusun atas 20 lempengan yang disebut lempeng tektonik. Sembilan di antaranya berukuran sangat besar.

Secara umum, lempengan-lempengan litosfer dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Lempeng Benua dengan rata-rata ketebalan sekitar 40 km. Kulit benua terdiri atas batuan granitis dengan berat jenis rata- rata sekitar 2,7 yang meliputi Eurasia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan lempeng-lempeng kecil di sekitarnya.

b) Lempeng Samudra dengan rata-rata ketebalan antara 5-10 km. Kulit samudra terdiri atas batuan basaltis dengan berat jenis rata- rata mencapai 3,3. Adapun yang termasuk lempeng samudra antara lain Pasifik, Atlantik, dan Indo-Australia (Hindia). Lempengan litosfer terletak di atas lapisan astenosfer (mantel Bumi bagian atas) yang sifatnya cair, bersuhu tinggi, dan senantiasa bergerak. Akibat gerakan konveksional, astenosfer turut bergerak dengan arah tidak beraturan.

Berdasarkan hasil penelitian geologi, kecepatan gerak litosfer berkisar antara 1-10 cm/tahun.
Pergerakan litosfer berakibat terhadap fenomena pembentukan muka Bumi yaitu sebagai berikut.

a) Jika dua buah lempeng benua dan samudra saling bertubrukan maka lempeng samudra yang lebih berat akan menunjam (menyusup) ke bawah benua yang lebih ringan. Pada bidang pertemuannya (zone subduksi), terjadi gejala alam antara lain sebagai berikut.

(1) Proses pelipatan dan patahan lempeng benua, mengakibatkan terbentuk jalur pegunungan lipatan dan patahan, seperti pegunungan Sirkum Mediterania sebagai akibat pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.
(2) Penyusupan lempeng samudra, terbentuk palung laut yang sangat dalam.
(3) Sepanjang bidang gesek pertemuan kedua lempeng litosfer tersebut merupakan jalur pusat gempa (hiposentrum).
(4) Penyusupan lempeng samudra ke dalam astenosfer yang bersuhu tinggi mengakibatkan pencairan massa litosfer yang menimbulkan aktivitas gunungapi (vulkanisme).

b) Jika lempeng benua dan benua yang relatif sama berat jenisnya saling bertubrukan, pada daerah pertemuannya akan terbentuk pelipatan litosfer arah ke atas sehingga membentuk pegunungan lipatan yang tinggi. Contohnya adalah rantai Pegunungan Himalaya sebagai akibat tumbukan antara lempeng Benua Eurasia dengan Subbenua India.

c) Jika lempeng samudra dengan samudra saling menjauh pada zone pemisahannya akan keluar magma basaltis yang kaya akan mineral besi dan magnesium. Akibat proses pendinginan oleh air laut lava basaltis tersebut akan membeku membentuk litosfer baru.

Wilayah perekahan (zone divergen), ditandai dengan:
(1) pematang tengah samudra (oceanic ridge), seperti pematang tengah Samudra Pasifik dan Atlantik;
(2) lava bantal (pillow lava) yang bersifat basaltis.

d) Jika dua buah lempeng litosfer saling bergesekan, pada bidang geseknya akan terbentuk sesar mendatar, misalnya Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di Amerika Serikat.


Pada pembahasan mengenai teori tektonik lempeng telah dijelaskan bahwa salah satu akibat adanya pertemuan dua buah lempeng litosfer yaitu ditemukannya pelipatan kulit Bumi yang dikenal dengan jalur pegunungan lipatan. 

Dikenal tiga jalur pegunungan lipatan muda yang terdapat di muka Bumi, yaitu sebagai berikut.

(1) Jalur Pegunungan Sirkum Mediteran

Rangkaian pegunungan ini memanjang mulai dari pegunungan Atlas di Maroko Afrika Utara, bersambung dengan Pegunungan Alpen di Swiss Eropa, kemudian masuk ke wilayah Asia membentuk jalur pegunungan Asia Sentral seperti Zagros, Elbruz, Sulaeman, Kunlun, Nan Shan, Altyn Tagh, dan Himalaya. Akhirnya jalur pegunungan tersebut berbelok ke selatan dan berangkai dengan sistem pegunungan lipatan di Indonesia.

Di wilayah kepulauan Nusantara, kelanjutan rangkaian Sirkum Mediteran ini terbagi menjadi dua busur pegunungan, yaitu sebagai berikut.

(a) Busur Luar bersifat nonvulkanik artinya tidak menampakkan sifat-sifat kegunungapian. Jalur pegunungan busur luar berpangkal di Pulau Simeleu, kemudian bersambung dengan Pulau Nias, Kepulauan Mentawai, dan Pulau Enggano. Selanjutnya jalur pegunungan nonvulkanik ini tenggelam membentuk jalur pegunungan dasar laut di sepanjang pantai barat Pulau Sumatra dan pantai selatan Jawa, kemudian muncul kembali ke wilayah darat sebagai Pulau Sawu, Rote, Timor, Babar, Kepulauan Kei, Pulau Seram, dan berakhir di Pulau Buru.

(b) Busur Dalam bersifat vulkanik artinya memperlihatkan tanda- tanda kegunungapian. Rangkaian gunungapi ini membujur sepanjang Bukit Barisan (Pulau Sumatra), kemudian menyambung dengan jalur gunungapi di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Solor, Wetar, Kepulauan Banda, dan berakhir di Pulau Saparua.

(2) Jalur Pegunungan Sirkum Pasifik

Rangkaian pegunungan lipatan muda ini dimulai dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, bersambung dengan Pegunungan Rocky (Rocky Mountains) di Amerika Utara, kemudian berbelok ke Kepulauan Jepang, dan bersambung dengan Pegunungan di Filipina.  Akhirnya, jalur Sirkum Pasifik ini bercabang dua di wilayah Indonesia.

(a) Cabang pertama dimulai dari Pulau Luzon bersambung dengan pegunungan di Kalimantan melalui Pulau Pahlawan dan Kepulauan Sulu.
(b) Cabang kedua dimulai dari Pulau Luzon, Samar, Mindanao, Kepulauan Sangihe, dan berakhir di Pulau Sulawesi.

(3) Jalur Pegunungan Lipatan Busur Australia (Busur Papua)

Rangkaian ini dimulai dari Pegunungan Alpen Australia, kemudian menyeberang ke Papua melalui ekor pulau tersebut (Papua New Guinea), melalui pantai utara Papua berakhir di Pulau Halmahera, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.


b) Morfologi Patahan


Proses tektonik kedua yang membentuk raut muka Bumi adalah tekanan terhadap lapisan-lapisan litosfer yang mengakibatkan pematahan dan dislokasi lapisan batuan. Tenaga tektonik ini dikenal dengan istilah proses patahan (fault process).

Tenaga endogen yang bekerja di sini biasanya relatif cepat sehingga lapisan batuan yang terkena tekanan tidak sempat melipat, melainkan retak-retak sampai akhirnya patah. Akibat pematahan massa batuan tersebut, terdapat bagian muka Bumi yang mengalami penurunan atau pemerosotan membentuk lembah patahan.

Bagian yang mengalami pemerosotan ini dinamakan graben (slenk), sedangkan bagian yang tidak mengalami penurunan membentuk punggung (puncak) patahan yang disebut horst.

Berdasarkan arah datangnya tekanan yang bekerja pada lapisan batuan, morfologi patahan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

(1) Patahan akibat dua tekanan yang arahnya bersifat horizontal dan saling menjauh.
Pada kasus ini, dua buah tekanan yang arahnya mendatar dan menjauh satu sama lain mengakibatkan adanya retakan yang cukup besar pada lapisan-lapisan batuan. Salah satu massa batuan yang telah retak itu mengalami pemerosotan membentuk lembah patahan atau graben.

(2) Patahan akibat tekanan yang arahnya vertikal.
Adakalanya tenaga endogen yang bekerja pada lapisan litosfer arahnya vertikal dalam waktu yang relatif cepat. Bagian yang mengalami tekanan akan membumbung disertai dengan retakan-retakan. Karena adanya gaya berat, salah satu dari massa batuan akan mengalami penurunan lokasi membentuk graben, sedangkan bagian lainnya membentuk horst.

(3) Patahan akibat dua tekanan horizontal yang berlawanan arah.
Dalam pembahasan teori tektonik lempeng telah dipelajari bahwa jika terdapat tenaga endogen yang bekerja pada lapisan litosfer dengan arah mendatar dan saling berlawanan arah, akan ter- bentuk sesar mendatar (strike slip fault).
close