.link-list { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 16px; border: 1px solid #ccc; border-radius: 5px; background-color: #fff; padding: 10px; margin: 20px; } .link-list ul { list-style: none; margin: 0; padding: 0; } .link-list li { margin-bottom: 10px; } .link-list a { text-decoration: none; color: #148199; transition: all 0.3s ease; } .link-list a:hover { color: #c0392b; }
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ada 3 Teori Inflasi : Teori Kuantitas Teori Keynes dan Teori Strukturalis

Teori lnflasi

Terjadinya inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Terdapat beberapa teori mengenai jumlah uang yang beredar, antara lain sebagai berikut.

a. Teori Klasik

Teori klasik berpendapat, tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Hal ini terlihat karena hubungan antara jumlah uang dan nilai uang. Bila jumlah uang bertambah, harga-harga akan naik. Ini berarti nilai uang menurun karena daya beli menjadi rendah. Pertambahan jumlah uang yang beredar disebabkan defisit APBN atau adanya perluasan kredit.

b. Teori Keynes

Menurut pandangan Keynes, yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional ialah permintaan masyarakat. Para konsumen, produsen, pemerintah, dan luar negeri bersama-sama akan membeli lebih banyak barang yang dihasilkan kapasitas produksi yang ada. Hal ini menyebabkan ketegangan- ketegangan di pasar. Produksi tidak dapat dinaikkan karena dibatasi kapasitas produksi. Jumlah barang dan jasa yang diproduksi tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sehingga harga-harga menjadi naik dan timbul lagi inflasi.

Secara garis besar, teori inflasi dibagi dalam tiga kelompok yang menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi.

a. Teori Kuantitas

Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh hal-hal berikut.
1) Jumlah uang beredar
Penyebab inflasi adalah adanya pertambahan dari jumlah uang yang beredar. Tanpa adanya kenaikan jumlah uang yang beredar tidak akan timbul inflasi.

2) Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa menda- tang.
Ada tiga kemungkinan keadaan sehubungan dengan psikologi masyarakat.
a) Masyarakat tidak mengharapkan harga-harga naik pada masa mendatang sehingga sebagian uang yang diterimanya disimpan, akibatnya harga-harga tidak naik namun ini justru merupakan awal dari munculnya inflasi.
b) Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi. Penambahan jumlah uang tidak lagi disimpan tetapi dipergunakan untuk membeli barang. Hal ini menjadikan kenaikan permintaan sehingga harga-harga akan meningkat.
c) Terjadinya pada keadaan inflasi yang sudah parah (hyperinflation). Dalam tahap ini orang sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang, ditandai oleh adanya peredaran uang yang makin cepat, misalnya jumlah uang yang beredar bertambah 20% mengakibatkan harga naik lebih dari 20%.

b. Teori Keynes

Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya (secara ekonomis). Terjadi perebutan rezeki di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Masing-masing kelompok menginginkan bagian yang lebih besar daripada kelompok yang lain. 

Proses perebutan ini menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Hal ini dikatakan menimbulkan celah inflasi atau inflationary gap.

Kelompok sosial yang dimaksud adalah pemerintah, pengusaha swasta, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan jalan mencetak uang baru (untuk menutup defisit anggaran). 

Golongan pengusaha swasta ingin melakukan investasi-investasi baru setelah memperoleh kredit dari bank. Serikat buruh (pekerja) berusaha memperoleh kenaikan upah. Keadaan tersebut menyebabkan permintaan keseluruhan (agregat) meningkat melebihi jumlah barang yang tersedia (penawaran agregat). Akibatnya harga barang-barang akan naik secara umum dan terjadilah inflasi.

c. Teori Strukturalis

Teori ini memberikan tekanan pada kekuatan dari struktur perekonomian seperti yang terjadi di negara-negara berkembang. Ada kekuatan utama dalam perekonomian-perekonomian negara-negara sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi.

Kekuatan ini terdiri dari hal berikut.

1) Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lain.

2) Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan yang tumbuh tidak secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan naik melebihi kenaikan harga barang lain. Selanjutnya muncul tuntutan karyawan supaya gaji dinaikan. 

Kenaikan gaji ini mengakibatkan naiknya biaya produksi yang berarti pula naiknya harga. Demikian seterusnya setiap kenaikan harga akan menimbulkan kembali tuntutan kenaikan upah atau gaji. Inilah yang kita kenal sebagai proses inflasi spiral.
close