.link-list { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 16px; border: 1px solid #ccc; border-radius: 5px; background-color: #fff; padding: 10px; margin: 20px; } .link-list ul { list-style: none; margin: 0; padding: 0; } .link-list li { margin-bottom: 10px; } .link-list a { text-decoration: none; color: #148199; transition: all 0.3s ease; } .link-list a:hover { color: #c0392b; }
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sikap Politik dan Respon terhadap Perubahan Sosial

Terbaginya warga masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial menimbulkan konsekuensi tertentu dalam hal sikap politik dan respon terhadap perubahan.

Semakin tinggi kelas sosial seseorang, semakin tinggi pula tingkat partisipasinya dalam kancah politik. Partisipasi itu berupa kesediaan mendaftarkan diri sebagai pemilih dan memberikan suaranya dalam pemilu.

Orang kelas menengah dan atas tertarik pada dunia politik dan sering membicarakan isu-isu politik.

Bahkan, Mereka rela menjadi anggota salah satu organisasi politik yang dianggap mewakili aspirasinya, dan ikut berkampanye untuk memenangkan partai politiknya.

Ketertarikan kelas sosial menengah dan atas dalam dunia politik berkaitan dengan tingginya tingkat pendidikan mereka.
Semakin terdidik seseorang pada umumnya semakin kritis, dan sikap kritis itu diaspirasikan dalam diskusi-diskusi politik.

Kelas sosial menengah dan atas juga lebih banyak menerima informasi dari berbagai media massa.

Semakin sering seseorang menerima informasi, termasuk informasi politik, maka semakin bisa mengikuti perkembangan isu-isu politik, sehingga mereka tertarik melibatkan diri.

Keadaan seperti yang dijelaskan di atas tidak terjadi di kalangan masyarakat kelas sosial bawah. Tersitanya waktu untuk mencari nafkah sehari-hari menyebabkan orang-orang miskin kurang mempedulikan politik.

Rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya informasi politik yang mereka peroleh juga menjadi sebab lainnya. Keterbatasan informasi itu, mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya radio, televisi, atau surat kabar di rumah-rumah mereka.

Kesibukan sehari-hari dalam mencari nafkah hidup keluarga juga membatasi mereka untuk meluangkan waktu untuk menyimak berita dari berbagai sumber. Walaupun hal seperti ini bukan berarti mereka sama sekali buta atau tidak memperhatikan masalah-masalah politik.

Meskipun tidak sekritis warga kelas menengah dan atas, dalam dunia politik mereka juga ikut berpartisipasi dalam pemilu dengan memilih partai politik yang memperjuangkan perubahan sosial.

Pada umumnya, partai-partai yang bersikap radikal menuntut adanya perubahan di masyarakat menjadi pilihan warga masyarakat kelas bawah.

Alasan sikap politik seperti itu, didasari oleh harapan untuk terciptanya iklim kehidupan yang lebih baik dan lebih menguntungkan mereka. Hal ini, pada umumnya dijadikan isu perjuangan partai-partai radikal.

Sementara itu, warga masyarakat kelas menengah ke atas cenderung mendukung status quo (kemapanan). Mereka cenderung bersikap konservatif karena takut perubahan.

Sikap itu dicerminkan dengan mendukung partai politik yang aspirasinya tidak mengancam kedudukan mereka di masyarakat.

Kenyamanan hidup yang telah mereka nikmati selama ini berusaha dipertahankan dengan cara menghindari terjadinya perubahan di masyarakat.

Mereka khawatir, perubahan sosial akan membuat posisi mereka terancam. Oleh karena itu, sikap politik kelas menengah dan atas pun cenderung mendukung partai politik yang condong ke arah mempertahankan kemapanan.

Dalam hal merespon perubahan, kelas sosial bawah mempunyai sikap yang lain. Keterbatasan pendidikan dan sempitnya pergaulan kelas sosial bawah membuat mereka bersikap tertutup dan kurang responsif terhadap perubahan.

Hal-hal baru yang ditawarkan dalam masyarakat akan lebih sulit diterima oleh kalangan kelas sosial bawah daripada kelas sosial mengengah ke atas. Petani-petani miskin di desa-desa sangat sulit menerima sosialisasi tata cara bertani yang lebih maju.

Mereka cenderung menunggu orang lain untuk menerapkan cara baru. Apabila terbukti lebih menguntungkan maka barulah mereka mengikutinya.

Mereka takut akan mengalami kerugian karena kegagalan dalam mencoba cara-cara baru yang diperkenalkan.

Berbeda dengan petani-petani maju yang berasal dari kelas sosial menengah ke atas. Mereka lebih cepat menyerap perubahan demi kemajuan usahanya.
close