Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Epistemologi Sejarah Sebagai Ilmu

Epistemologi Sejarah

Masa lalu yang berjarak dengan masa kini membuat cara mendapatkan kebenaran dengan mengumpulkan bukti-bukti yang tersisa dari masa lalu tersebut. Umumnya bukti tersebut adalah sumber tertulis (arsip, koran, majalah, terbitan pemerintah, buku, novel, dsb), sumber lisan (wawancara, memori kolektif, tradisi lisan), dan sumber benda lain (foto, lagu, lukisan, bangunan). 

Melalui sumber inilah sejarawan menghadirkan masa lalu kepada pembaca dalam bentuk karya sejarah (historiografi).

Usaha menghadirkan masa lalu itu dengan tiga cara yaitu pertama, konstruksi. Kontruksi diibaratkan usaha membangun kembali masa lalu melalui peninggalan masa lalu. Harapannya sejarah yang ditulis akan sama persis dengan peristiwa di masa lalu. Usaha ini boleh dikatakan mustahil dilakukan karena jarak yang membatasi antara masa kini dan masa lalu. 

Kedua, rekonstruksi. Usaha ini dilakukan dengan membangun kembali peristiwa masa lalu berdasarkan cara pandang (perspektif) masa kini. Hal inilah yang biasanya diajarkan dalam proses pendidikan menjadi sejarawan. 

Ketiga, dekonstruksi. Usaha ini menghadirkan masa lalu yang berbeda dengan cerita umum, dan membangun kesadaran kritis terhadap kajian sejarah.

Setelah mendapatkan bahan dan memilih metode untuk menghadirkan masa lalu, usaha berikutnya adalah kritik terhadap sumber sejarah yang dilakukan oleh sejarawan. 

Metode ini dikenal sebagai kritik sumber dan terdiri atas kritik eksternal (untuk menentukan keaslian fisik sumber sejarah yang digunakan), dan kritik internal (untuk menentukan keaslian isi dari sumber sejarah). 

Setelah dilakukan interpretasi terhadap peristiwa sejarah yang dihadirkan dalam sumber. Pada level ini keahlian seorang sejarawan diuji, untuk menentukan cerita seperti apa yang akan dihasilkan. Tahap terakhir adalah penulisan sejarahc yang menghasilkan historiografi.