Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dampak Pengangguran terhadap Pembangunan Nasional

Dalam pembangunan nasional, pengangguran menyebabkan proses pembangunan akan terhambat. Berikut ini beberapa pengaruh pengangguran terhadap pembangunan nasional.


a. Terganggunya Stabilitas Perekonomian Baik dari Permintaan Agrerate dan Penawaran Agregate

1) Melemahnya Permintaan Agregate (Total)
Untuk bertahan hidup maka manusia harus bekerja.Dengan bekerja, manusia akan memperoleh penghasilan untuk belanja barang dan jasa. Jika pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun yang akhirnya menimbulkan penurunan permintaan agregate.

2) Melemahnya Penawaran Agregate
Dampak pengangguran terhadap penawaran agregate makin terasa dalam jangka panjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan dan produktivitasnya akan menurun. Dampak dari permintaan agregate yang sangat lemah, mengakibatkan keseimbangan ekonomi berada di tingkat yang sangat rendah. Akibatnya tingkat produksi harus diturunkan, sehingga biaya produksi per unit akan meningkat dan penawaraan agregate menurun. Menurunnya permintaan agregate dan penawaran agregate akan mengganggu proses pembangunan yang mengancam stabilitas perekonomian.


b. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat pada pemerintah. Golongan yang memerintah semakin tidak dihiraukan di mata masyarakat. Berbagai tuntutan dan kritik akan dilontarkan pada pemerintah dan adakalanya disertai demonstrasi dan huru-hara. Dengan demikian kegiatan-kegiatan bersifat kriminal (pencurian dan perampokan) akan meningkat.

Kita perlu menyambut baik optimisme pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,3 persen untuk 2007. Pemerintah dan segenap komponen bangsa lainnya seharusnya bersinergi secara produktif untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 7 persen per tahun.

Menurut perhitungan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (2005), jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 7 persen per tahun, kondisi ekonomi seperti Malaysia saat ini baru akan dicapai Indonesia pada tahun 2035. Terlalu lama! Besarnya jumlah orang miskin dan tanpa pekerjaan, jika tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan berbagai perilaku masyarakat yang kontraproduktif bagi kemajuan bangsa, seperti malas, mudah tersinggung, gelap mata, anarkis, putus asa, dan perilaku kriminal lainnya.

Lebih mengerikan lagi, keluarga miskin hanya akan melahirkan generasi penerus yang lemah, kurang cerdas, dan tidak produktif (a lost generation). Proses dekadensi moral dan etos kerja semacam inilah yang tengah menggerogoti kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Secara ekonomi, terapi untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan adalah dengan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (di atas 7 persen per tahun), berkualitas, dan berkesinambungan. Pertumbuhan yang dimaksud adalah yang mampu menyediakan kesempatan kerja dalam jumlah besar, dan memberikan pendapatan memadai bagi pekerja, sehingga mereka minimal mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarganya berupa pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. 

Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi yang selama ini sebagian besar bertumpu pada kegiatan konsumtif harus segera dikoreksi dengan pola pertumbuhan ekonomi yang secara dominan digerakkan sektor riil produktif serta dikerjakan oleh dan untuk kesejahteraan mayoritas rakyat.